Jumat, 27 Januari 2017

LAPAROSKOPI (LO) & SARAN HIDUP SEHAT

Pada bulan Desember 2015, Seiring saya mengikuti terapi kekentalan darah, saya berdiskusi dengan suami terkait;

 “Bagaimana program LO yang akan saya lakukan”

“siapa yang jaga saya bila saya bedrest total 2WW bila mengikuti frozen embrio transfer (FET)”

“termasuk siapa yang masak dan belanja?” karena saya tidak pernah percaya dengan ART yang menginap, dan mencari yang pulangpun yang bisa masak tidak mudah.

“Bagaimana rencana kehidupan kami kedepan yaitu pekerjaan saya yang juga cukup membuat saya terlalu sibuk, stress kerja dan kelelahan." ya….dengan beberapa pertimbangan matang akhirnya saya dan suami sepakat saya resign dari pekerjaan.


Berat rasanya melepaskan pekerjaan dimana saya sedang berada di puncak karir menjadi salah satu seorang pucuk pimpinan yang dipercayakan kepada saya di salah satu Rumah Sakit Swasta di Jakarta. Saya berdoa dan memohon kekuatan Tuhan untuk menyerahkan segala kekhawatiran saya kepada-Nya apabila saya tidak bekerja.

Pada akhirnya saya berfikir bahwa “usia saya tidak dapat beli kembali terutama kesuburan, tetapi karir dan rejeki kami masih bisa cari dan bangun kembali, biarlah rencana Tuhan yang jadi atas kami, dan saya percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan umatnya kesusahan/kekurangan dan pasti akan ada rejeki lain”.

Saya dan suami fix per-Januari 2016 saya tidak bekerja. Saya juga menyiapkan fisik dan materi untuk laparoskopi sesuai anjuran dokter kandungan saya. Dan akhirnya saya mendaftarkan diri ke RSIA Bunda pertengahan Desember 2015 untuk melakukan tindakan minimal invasive laparoskopi.

Mengapa harus di RSIA Bunda?
Apakah bagus?
Jaraknya kan dari rumah di bekasi ke Jakarta cukup jauh!
Kan ada asuransi kenapa tidak dilakukan di RS yang bekerjasama dengan asuransi yang ada?
(itu pertanyaan yang muncul dari beberapa orang terdekat)

Jawaban saya: 
karena tindakan di RSIA Bunda laparoskopi dilakukan oleh 2 orang dokter yang ahli dibidangnya dengan salah satu alasannya untuk menghindari kelelahan dalam tindakan apabila ada hal penyulit. Laparoskopi di RSIA Bunda pun sangat terkenal akan keberhasilannya baik robotic surgery atau tidak dengan tindakan yang dilakukan dokter hingga area sekitar rahim bersih dari penyulit yang menghambat untuk hamil. Saya pernah membaca di beberapa website bila tidak bersih atau factor lain bisa menyebabkan perlengketan di organ lain yang bisa membuat berulang kali operasi.

Di RSIA Bunda saya juga boleh request pasangan dari dokter obgyn saya yang melakukan tindakan yaitu pilihan saya jatuh ke dr. Ivan Sini. Saya tidak menggunakan asuransi saya di RS lain seperti alasan saya diatas dan akhirnya saya bayar menjadi pasien umum. O ya satu lagi, perawatnya ramah dan baik.

28 Desember 2015:
Saya bertemu dokter anestesi dengan membawa seluruh hasil pemeriksaan darah terakhir, kemudian dokter memberikan edukasi terkait prosedur anestesi.

04 Januari 2016:
Tibanya hari dimana saya harus laparoskopi pada pukul 06.00 WIB dengan dokter yang melakukan tindakan yaitu dr. Irham Suhaemi (Operator 1) dan dr. Ivan Sini (Operator 2).
Selama proses LO berlangsung dalam kondisi saya tidak sadar, tiba-tiba perawat memanggil suami saya untuk bertemu dengan dokter. Saat itu suami saya sangat panik kalau-kalau saya lewat dimeja operasi.

Dokter Irham menjelaskan dengan detail sambil menunjuk layar monitor yang intinya bahwa kondisi rahim saya bagus dan bersih, tetapi saluran tuba saya sudah rusak keduanya akibat adanya infeksi dan bukan kista, tidak baik bagi embrio apabila dipertahankan dengan konsekuensi saya tidak dapat hamil dengan cara alami. Untuk itu dr. Irham meminta ijin suami, apakah saluran tuba saya sebaiknya diijinkan diangkat atau tidak? dr. Ivan pun menjelaskan apabila tidak diangkat nantinya nanah dari infeksi tersebut akan memakan embrio.

Suami saya mengatakan untuk meminta waktu beberapa menit untuk bisa mengambil keputusan dengan meminta persetujuan atau pertimbangan dari orang tua saya juga mertua yang disertai Doa tentunya. Dokter memberikan waktu tidak lama sambil dokter membersihkan area rahim saya dan rongga perut dimana terdapat lemak hingga hati (saya juga heran sih, itu lemak apa akibat saya doyan maka gorengan atau apa, karena berat badan saya juga gak besar hehehe).
gambar 1 kiri atas: lengket seperti lem adalah lemak di rongga perut
gambar 2 kanan atas berwarna orange yang ditunjuk alat adalah lemak
gambar 3 kiri bawah: lemak hingga hati
gambar 4 kanan bawah: setelah dibersihkan dokter

Setelah meminta ijin orang tua saya, suami saya menemui dokter kembali dan mengatakan lakukan yang terbaik dok, dan suami saya meminta agar dr. Irham menyembunyikan hal ini dari saya karena suami saya tidak mau melihat saya bersedih, shock atau menyalahkan dia akan keputusan yang dia sudah ambil. Kemudian dokter mengangkat kedua saluran tuba saya.

Setelah saya sadar, saya sudah menggunakan kateter urine, dengan 4 sayatan kecil di perut saya. Saat dokter visit, dokter tidak menjelaskan terkait tuba saya tetapi mengatakan kita tunggu hasil patologi anatomi ya lid karena jaringan dan cairan saya sudah kirim untuk diperiksa infeksi apa penyebabnya dan apakah membahayakan.

Beberapa hari setelah tindakan, saya kontrol luka operasi juga ganti balutan oleh dokter. Saat saya masih dirapihkan perawat dan merapihkan pakaian saya sempat mendengar bisikan antara suami saya dan dokter terkait rahasia mereka saat saya LO yang intinya dokter mau saya tau kondisi sebenarnya agar tidak kaget.

Akhirnya saya dijelaskan oleh dokter apa yang ditemukan dan tindakan apa yang dilakukan dokter saat saya LO. Tanpa menangis dan berkecil hati saya katakan…..

“saya sudah pasrah dok sebelum saya tindakan, bila itu yang terbaik buat saya tidak apa-apa karena saya yakin Tuhan akan memberikan saya anak dari kandungan saya dengan cara yang lain untuk itu Tuhan memberi saya embrio yang disimpan cukup banyak yaitu masih tersimpan 8 embrio (calon buah hati kami)”, kemudian suami saya memegang tangan saya dan dokter pun menguatkan saya untuk lebih semangat.

Sebagai manusia biasa pasti ada kecewa dan sempat bertanya….

“kenapa Tuhan??!! kemarin saya diberikan cobaan gagal IVF, ada kekentalan darah, dan sekarang seperti ini saya tidak memiliki saluran tuba? Tetapi disaat tenang, hati kecil saya yang lain berkata Tuhan Engkau amat sangat baik bagi saya, Tuhan ingin saya siapkan tubuh saya dengan sehat untuk menyambut bayi dalam rahim saya melalui cara-Nya dengan menunjukkan satu persatu apa yang mesti dibereskan juga pola hidup saya, dan saya semakin berserah biar kehendak Tuhan yang jadi bila Tuhan katakan Ya”.

Hasil patologi anatomi saya diharuskan untuk konsumsi obat infeksi selama 6 bulan untuk mematikan kuman tersebut, selama waktu tersebut saya tidak boleh melakukan transfer embrio karena akan membahayakan janin nantinya.

Dari sejak saya resign, saya berkomitmen untuk memperbaiki gaya hidup saya menjadi lebih sehat demi mendukung keberhasilan FET setelah mengkonsumsi obat infeksi tersebut, dalam hal ini:
-       Refreshing bersama suami (menyegarkan pikiran, dan kami selalu ada list kemana kami akan pergi hehehe *indahnya punya pasangan hobby sama “traveling”)
-       Rutin olahraga untuk perlancar peredaran darah dan bonusnya berat badan saya kembali sesuai proporsi,
-       Mengganti nasi putih ke nasi merah untuk menjaga berat badan saya (karena berat badan akan mempengaruhi hormon kesuburan),
-       Hindari fast food & junk food,
-       Hindari makanan mentah atau setenga matang,
-       Minyak goreng saya ganti dengan minyak jagung,
-       Rajin makan buah (disetiap sela jam makan pagi, siang, dan malam),
-       Mix Jus sarapan pagi setelah konsumsi air putih (granola/oatmeal mix ke beberapa buah dengan taburan chia seeds, kalau kurang manis saya tambahkan madu organic yaitu madu uraw),
-       Masak di rumah untuk menghindari vetsin dan pengawet makanan, kalaupun makan di luar selalu berpesan untuk tidak ditambahkan vetsin/penyedap,
-       Stop coklat, kopi, teh, soda,
-  Sementara tidak makan yang mengantung kacang kedelai,
-       Akupuntur,
-       Mengikuti aturan pantangan hematologist (bila ada kekentalan darah),
-       Mengganti toiletries (sabun muka, pasta gigi, sabun badan, hand body lotion, shampoo, conditioner, pelembab rambut) dan make up ke organic/natural untuk menghindari bahan kimiawi yang juga mempengaruhi kesehatan terutama kesuburan.
(next saya akan postingkan juga ya apa saja yang saya gunakan hehehe tapi bukan krn say di endorse lhoo hehehe J),
-       Konsumsi susu protein tinggi 2x sehari (peptisol/ensure),
-       Konsumsi putih telur ayam kampung minimal 6,
-       Jemuran matahari pagi,
-       Rajin makan ikan.
-       Minum minimal 2 liter/hari.
-  Istirahat cukup.

5 komentar:

  1. Siang mba lidya. Mba terimakasi ada pencerahan. Aku udah 2x ET dan 2x FET di Yasmin Kencana, Cipto. Saluran 1 dipotong dan 1rusak dokter ku ga saranin dilaparoskopi. Katanya saluran ku dibersihin klo pas lahiran aja. Tp kehamilanku cuma 1bulan 1minggu aja.

    Aku next mau program di Morula, mba dengan dokter siapa mba? Dokternya milih atau disesuain mba?

    Aku mba ET gagal, laparoskopi dlu, lanjut FET ya. LO dengan dokter irham dan ivan. Yg pegang ET dan FET dokter siapa mba? Mohon infonya ya mba

    BalasHapus
  2. Luar biasa oerjuangannya mbk..sy juga sdng berjuang dg ivf mbk..

    BalasHapus
  3. Biaya untuk laparoskopi brpa mbak

    BalasHapus
  4. Mba.. Saya mau tanya minum obat pasca LO itu apa karena infeksi clamida atau apa mba??

    BalasHapus